Masa depan Bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda Bangsa ini. Kaum Muda Indonesia adalah masa depan Bangsa ini. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan faktor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan Bangsa.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaultan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak permasalahan, hambatan, rintangan dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, masalah yang timbul sekarang maupun masalah yang timbul di masa depan negara kita. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia adalah dengan cara memperbaiki kualitas pendidikan, penddikan merupakan faktor utama dalam pengembangan kualitas Bangsa Indonesia. Pendidikan saat ini menjadi prioritas perhatian yang sangat serius, hal tersebut tercemin dari alokasi anggaran yang di rencanakan pemerintah memiliki persentase cukup banyak dibandingkan dengan bidang lainya.
Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh faktor anggaran saja, tetapi banyak sekali faktor yang memiliki peranan penting terhadap kualitas pendidikan di Indonesia, terutama pada level pendidikan tingkat dasar dan pendidikan tingkat menengah. pada tingkatan tersebut merupakan kategori generasi Z, generasi yang lahir antara tahun 1995-2014. Sebelumnya terkenal dengan generasi milenial yang juga punya nama lain Generasi Y, adalah kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997. Mereka disebut milenial karena satu-satunya generasi yang pernah melewati milenium kedua sejak teori generasi ini diembuskan pertama kali oleh Karl Mannheim pada 1923. Dalam artikel berjudul "The Problem of Generation" sosiolog Mannheim mengenalkan teorinya tentang generasi. Menurutnya, manusia-manusia di dunia ini akan saling memengaruhi dan membentuk karakter yang sama karena melewati masa sosio sejarah yang sama. Maksudnya, manusia-manusia zaman Perang Dunia II dan manusia pasca PD II pasti memiliki karakter yang berbeda, meski saling memengaruhi.
Era digital atau sering kita sebut sebagai era modern seperti sekarang ini, kehidupan para remaja telah jauh berbeda dengan kehidupan remaja pada zaman dulu. Kita telah dimanjakan dengan kemudahan dan kecanggihan teknologi untuk melakukan suatu hal yang akan kita lakukan, akan tetapi hal ini juga dapat merugikan. Teknologi modern layaknya internet, ponsel, komputer atau fasilitas game, bisa membuat dua sisi bagi remaja saat ini, yaitu dampak positif dan dampak negative terutama terhadap kualitas pendidikan.
Hasil penelitian terbaru mencatat pengguna internet di Indonesia yang berasal dari kalangan anak-anak dan remaja diprediksi mencapai 30 juta. Penelitian juga mencatat ada kesenjangan digital yang kuat antara anak dan remaja yang tinggal di perkotaan dengan yang tinggal di pedesaan. Data tersebut merupakan hasil penelitian berjudul "Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" yang yang dilakukan lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF, bersama para mitra, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Universitas Harvard, AS. Studi ini menelusuri aktivitas online dari sampel anak dan remaja yang melibatkan 400 responden berusia 10 sampai 19 tahun di seluruh Indonesia dan mewakili wilayah perkotaan dan pedesaan. Sebanyak 98 persen dari anak dan remaja mengaku tahu tentang internet dan 79,5 persen di antaranya adalah pengguna internet. Dalam penelitian ini terdapat sekitar 20 persen responden yang tidak menggunakan internet. Alasan utamanya adalah tidak memiliki perangkat atau infrastruktur untuk mengakses internet atau mereka dilarang oleh orang tua untuk mengakses internet.
Terkait data tersebut di atas, aktifitas gerak anak di Indonesia berkurang dikarenakan adanya internet yang berada di genggaman tangan melalui smartphone mereka. Berkurangnya aktifitas gerak akan mempengaruhi tingkat kebugaran fisik seseorang. Kualitas belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kebugaran fisiknya, hal tersebut senada dengan hasil penelitian dari Eero A. Haapal, dkk (2016) tentang hubungan aktifitas fisik terhadap perkembangan akademik pada anak usia 6-8 tahun, hasilnya membuktikan bahwa gaya hidup yang lebih aktif secara fisik dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keterampilan membaca pada anak laki-laki pada tahun pertama sekolah.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani siswa menurut Perryihoard (1997) adalah umur, jenis kelamin, somatotipe, kondisi kesehatan, status gizi, berat badan, waktu istirahat serta aktifitas jasmaniah. Dari pendapat tersebut dapat ditelaah aktifitas jasmaniah memegang peranan yang cukup penting terhadap status kebugaran jasmani seseorang. Siswa pada era digital saat ini memiliki waktu aktifitas fisik lebih sedikit dari pada siswa pada era sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor, mulai dari tuntutan akademik yang sangat tinggi serta maraknya media sosial yang menyebabkan tersitanya waktu untuk melakukan aktifitas fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebugaran siswa pada rentang usia 7-18 tahun di kota malang, usia tersebut termasuk pada kategori gnerasi Z. dengan mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa diharapkan akan mengetahui tingkat korelasi terhadap capaian prestasi siswa sekolah di Malang. Penelitian yang dilakukan oleh Geir K. Resaland, dkk (2016) di Norwegia menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan pretasi akedemik siswa. Erin K. Howie (2012) melakukan penelitian senada di Amerika yang menunjukkan hasil bahwa aktifitas fisik memiliki kontruksi berkaitan dengan prestasi akademik siswa.