Kamis, 25 Desember 2014

MINDSET ATAU POLA PIKIR

Banyak perbincangan disekitar kita yang memanfaatkan kata-kata itu, tapi kalau ditanya tentang apa sebnarnya hakekat mindset/pola pikir itu sendiri kadang kita klabakan. Katanya si James Arthur Ray, penulisnya “the science of success” mengatakan kalau mindset adalah sebuah gugusan keyakinan nilai-nilai, identitas,ekspektasi, sikap, kebiasaan, opini, polapikir tentang diri anda dan hidup.  Melalui pola pikir kita bisa memaknai apapun yang kita lihat dan alami dalam hidup. So,, pola pikir penting ga bagi kehidupan kita? Penting untuk dipelajari atau tidak? Mempengarui dalam menyelesaikan masalah atau tidak? Sampai pada menentukan nasib diri kita ga si-mindset itu? Jangan mau kalau otakmu sampai brocel-brocel, begitu kata Cak Lontong di sebuah media promosi produk minuman.
Dilihat bahasanya sebenarnya pola pikir bisa dimaknai bahwa sesungguhnya pikiran itu mempunyai pola, hehehe.. untuk membuat agar pola itu tersistem dengan baik maka kita harus bener-bener cerdas, sehingga pertanyaan-pertanyaan diatas dapat terjawab dengan mudah.  Selanjutnya apakah pola pikir itu merupakan bawaan atau bentukan? Jika pola pikir merupakan bawaan aku yakin Tuhan azawajala pasti bikin pola pikir yang baik yg statis, jadi keteraturan dalam dunia ini terjaga. Tapi ternyata dunia ini diisi oleh berbagai macam kepentingan, berarti pola pikir itu merupakan bentukan, bisa berubah sesuai keinginan empunya. Pola pikir menggerakkan perilaku tertentu, dan setiap perilaku tersebut pasti ada konsekwensinya. Sebenarnya setiap orang bebas memikirkan hal yang mau dipikirkanya,termasuk memikirkan Tuhanya, atau memikirkan siapa jodohnya kelak (buat yang jomblo). Namun pasti terikat pada konsekwensi dari pikiran tersebut, setiap orang juga bebas berperilaku apapun, tapi pasti terikat pada konsekwensi, jadi kesimpulanya kita bebas memilih sekaligus terikat akan konsekwensi, jos kan????
Pola pikir terbentuk dari informasi terdahulu, sehingga pola pikir sangat masih bisa diperbaiki, atau bahkan berubah total, setiap orang bukan hanya bisa learn, tp juga unlearn dan kemudia relearn. Liat tuh yang diberitakan di media masa sekarang, banyak mantan ustad atau orang-orang alim terjerat kasus korupsi, atau kasus lain yang memberitakan seorang penjahat kelas kakap menjadi seorang pendakwah, entah bener atau tidak, setidaknya hal itu bisa dijadikan contoh betapa mudahnya pola pikir seseorang berubah, dari yang awalanya berfikir bahwa neraka itu ada menjadi berfikir bahwa neraka itu hanya imajinasi orang yang takut.LOL.
Untuk menjadikan pola pikir ini menjadi baik harus terkontrol dalam arti menempatkan diri dalam lingkungan yang baik, pendidikan yang baik, berusaha berfikir dari berbagai sudut pandang agar lebih bijak, tidak apatis, atau bahkan dengan bantuan orang lain yang berkompeten dibidang pola pikir ini, yang agama muslim ya datang aja ke pak ustadz, bertobat, hidup sesuai alquran n assunah, untuk agama lain ya segera kembali ke agamanya masing-masing. dan pastinya proses untuk merubah pola pikir setiap orang berbeda-beda, ada yang cepet dan ada pula yang butuh waktu bertahun-tahun, yang jelas pola pikir harus dibentuk sejak dini, sebagai orang tua dari anak harus mengajari anaknya dengan hal-hal yang positif, untuk diri sendiri sudah pastinya. Untuk umat beragama satu indikator pola pikir pasti sudah tersusun dengan baik.
Kebetulan lagi seneng-senengnya berolahraga, semua atlit menurut saya harus punya mindset dan visi yang jelas. Apalagi untuk atlet untuk nomor beregu. Kalau ga punya visi yang jelas ya bakalan tidak berprestasi. Walaupun faktor prestasi dalam olahraga yang utama adalah fisik, teknik, taktik baru setelahnya adalah mental. Dengan pola pikir yang baik InsyaAllah kualitas hidup juga akan menjadi baik, semua tidak asal GG/GacoGabrus #kata temenku yang asli Solo, tetangganya Pak Presiden, hehehe. Dan tentunya dibarengi dengan selalu berdoa pada yang maha kuasa.

Selasa, 23 Desember 2014

PENGEMBANGAN EVALUASI KOGNITIF UNTUK PENDIDIKAN JASMANI.

Judul di atas sangat sesuai dalam rangka penerapan K-13 yang sedang gencar2nya distop pelaksanaanya. (Baca:https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.infosumbar.net%2Fberita%2Fberita-nasional%2Finilah-bunyi-surat-edaran-penghentian-kurikulum-2013%2F&ei=fJ-XVMieJIuXuATG64LYBw&usg=AFQjCNGcDnwRz3Xb00AOVYwf2V8Z1fu2EA&sig2=gB4Xb7Tt-Ef740fgdajHsw&bvm=bv.82001339,d.c2E). Di beberapa wilayah seperti jawa timur tetap melaksanakan K-13. Sebenarnya secara hakekat, proses pembelajaran antara CBSA sampai dengan K-13 adalah sama, proses membuat anak2 yang tidak bisa menjadi bisa, batas minimal adalah “standart proses”, dalam arti prosesnya baik maka hasil akan selalu mengikuti gimana proses itu dijalankan. Dalam pembelajaran jasmani yang menurut banyak temen2ku yang berasal dari jurusan lain itu katanya enak. “Tinggal kasih bola selesai”. Ternyata mempunyai sisi evaluasi dan proses yang cukup kompleks. Bukan hanya gerak saja yang dinilai tapi juga faktor yang menyebabkan kenapa gerak bisa menjadi baik juga harus di evaluasi dengan seksama. Teori perkembangan gerak menyebutkan bahwa gerak itu punya fase belajar, dan salah satu fase belajar gerak adalah “fase kognifif”. *udah tes kognitif belum tuh atlet2 timnas? Hehehe. So, jika kita memiliki kognitif yang baik setiknya keterampilan gerak kita ga jelek2 amat. Atau akan lebih mudah melatih anak/atlet dengan kognitif yang baik dari pada melatih anak/atlet dengan kognitif yang kurang. Kita ambil contoh dari luar negeri nan jauh disana “jose mourinho” Mourinho belajar di universitas di Lisboa dan meraih gelar sarjana dalam bidang ilmu olah raga dengan tesis mengenai metodologi sepakbola. (dari wikipedia). Kita buat tesis dengan tema satu teknik dasar aja ga slesai-selesai sampai surat DO menghampiri rumah kita. #mikir. Selanjutnya kita mulai satu persatu membahaas tentang tema di atas. selengkapnya ----->>>>

Pengembangan Evaluasi Kognitif Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

or https://www.scribd.com/doc/250897118/Pengembangan-Evaluasi-Kognitif-Dalam-Pembelajaran-Pendidikan-Jasmani