Fleksibilitas
merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang mempunyai peranan penting. Baik
untuk olahragawan ataupun yang bukan olahragawan. Peranan tersebut bagi non
olahragawan adalah untuk menunjang aktivitas kegiatan sehari-hari. Sedangkan
bagi para olahragawan yang terlibat dalam cabang olahraga yang banyak menuntut
keluwesan gerak seperti senam, judo, gulat, atletik, dan cabang-cabang olahraga
permainan lainnya. Fleksibilitas yang dimiliki seseorang biasanya menggambarkan
kelincahan seseorang dalam geraknya. Bahkan bagi para olahragawan yang terlibat
dalam cabang olahraga yang dominan unsur fleksibilitasnya, tingkat fleksibilitasnya
yang tinggi akan menampakkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan
olahragawan yang tingkat fleksibilitasnya rendah.
Menurut
beberapa ahli, definisi fleksibilitas adalah sebagai berikut: (1) Menurut
Harsono (1988) ” fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam
ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan
oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon dan ligament”. (2) Menurut Sajoto
(1990) “Daya lentur (fleksibilitas) adalah efektivitas seseorang dalam
penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas”. (3)
Claude Bochard (1978) dalam Edu (2010)
”fleksibilitas adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak
memaksimal mungkin menurut kemungkinan gerak (range of movement)”. (4) Rusli Lutan (2003) “fleksibilitas
didefinisikan sebagai kemampuan dari sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya
untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang
diharapkan, Fleksibilitas yang optimal memungkinkan sekelompok atau suatu sendi
untuk bergerak secara efisien”. (5) Iskandar dkk (1999) “Fleksibilitas adalah
kemampuan sendi untuk melakukan gerakan sendi secara maksimal, dengan kata lain
fleksibilitas merupakan kemampuan sendi untuk melakukan gerakan secara maksimal
di dalam ruang gerak sendi”. (6) Menurut AAHPERD (1999) dalam Gallahue dan
Ozmun (1998), “Flexibility is the ability of a joint and the muscles and
tendons surrounding it to move freely and comfortably through its intended full
range of motion (ROM)." Maksud dari pernyataan tersebut bahwa
fleksibilitas adalah kemampuan dari sendi, otot, dan tendon-tendon di sekitarnya
untuk dapat digerakkan dengan bebas dan nyaman, maksudnya adalah ruang gerak
yang luas. (7) M. Furqon (1995) “Fleksibilitas adalah suatu kemampuan untuk
menggunakan lebar ayunan gerakan-gerakan dalam persendian ke kemampuan
maksimum. Lebar ayunan gerakan-gerakan (keluasaan gerakan-gerakan) dalam
tulang-tulang sendi harus dilatih dalam semua arah yang mungkin sesuai dengan
struktur anatomi tubuh.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan fleksibilitas menurut Nur Ikhsan Halim (2004) antar
lain: (1) Genetik: Bentuk, tipe, dan struktur sendi serta ligamentum dan tendo
yang terkait dengan sendi tersebut. faktor yang menyangkut sendi ini sulit
diubah karena bersifat genetik atau keturunan. Sedangkan faktor ligamentum dan
tendo masih memungkinkan bisa diubah. (2) Otot: Otot yang berkaitan dengan
sendi, ada otot yag bekerja agonis (paralel), beberapa kelompok otot bekerja
sama dan searah. Selain itu ada pula ada otot yang bekerja antagonis
(berlawanan) yaitu sekelompok otot yang kerjanya bertentangan dengan otot
kelompok lainnya. (3) Umur (anak besar): Anak besar adalah anak yang berusia
antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992). Menurut
penelitian Valdiavia (2006) dalam Nidya (2010) puncak tertinggi fleksibilitas trunk
ditemukan pada anak usia 7 – 8 tahun dengan nilai 10 cm. (4) Jenis kelamin:
Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah
kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies
sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual
untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. (5) Suhu: Suhu tubuh dan suhu otot mempengaruhi
fleksibilitas, terutama amplitude gerakan. Oleh sebab itu, pemanasan perlu
dilakukan sebelum latihan fleksibilitas. (6) Waktu: Fleksibilitas tertinggi
dicapai pada pukul 10-11 siang dan terendah di pagi hari. (7) Kekuatan otot:
Semakin besar kekuatan otot akan semakin tinggi fleksibilitasnya. Otot yang
diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memanjangkan dan memendekkan
otot saat melakukan gerakan.
Fleksibilitas
menurut beberapa ahli memiliki beberapa jenis. Menurut Gallahue dan Ozmun,
(1998), bahwa fleksibilitas dibagi menjadi dua yaitu fleksibilitas statis dan
dinamis, fleksibilitas statis adalah keleluasaan gerakan pada persendian,
sedangkan fleksibiltas dinamis adalah keleluasaan gerakan yang paling tinggi
pada persendian, misalnya pada permainan tenis, pada gerakan forehand. Menurut Johan Rosario (2009), ada tiga
jenis fleksibilitas: (1) Aktif Dynamic
Range .- fleksibilitas pergerakan dalam suatu kontraksi otot yang cepat dan
kuat. Contoh fleksibilitas ini adalah melompat dengan hip fleksi, ekstensi dan
berenang di bahu. (2) Aktif fleksibilitas statis. Rentang gerakan dalam aktivitas
otot lambat dan dikendalikan. Para pesenam flip mundur membutuhkan
fleksibilitas semacam ini. (3) Fleksibilitas Pasif rentang gerak yang
diperlukan ketika sebuah kekuatan eksternal diterapkan. Banyak gerakan
perjuangan membutuhkan fleksibilitas pasif.
Manfaat
dari tingkat fleksibilitas yang baik adalah: (1) mengurangi kemungkinan
terjadinya cidera pada otot dan sendi (2) membantu dalam mengembangkan
kecepatan, koordinasi, dan kelincahan (3) menghemat dalam mengeluarkan tenaga
dalam pergerakannya (4) membantu dalam memperbaiki sikap tubuh. Rusli Lutan dkk
(2003). Sementara Menurut Clark dalam Mochamad Sajoto (1988) fleksibilitas
sering dianggap sebagai suatu faktor tunggal dalam ketrampilan. Faktor yang
menunjang dalam melakukan aktifitas gerak adalah fleksibilitas, karena manfaat
yang diperoleh dari fleksibilitas dapat membantu otot untuk rileks,
meningkatkan kesehatan, menghilangkan kejang otot, dan mengurangi potensi
cidera.
Metode latihan fleksibilitas menurut
beberapa ahli ada empat macam, yang pertama adalah peregangan dinamis (dinamic
stretching/balistic stretching), yang kedua adalah peregangan statis (static
stretchig), yang ketiga adalah peregangan pasif (passive stretching), dan yang
terakhir adalah dengan peregangan kontraksi rileksasi atau propioceptive
neuromuscular facilitation (PNF).
(diambil
dari berbagai sumber)