Rabu, 20 Mei 2015

FLEXIBILITY

Fleksibilitas merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang mempunyai peranan penting. Baik untuk olahragawan ataupun yang bukan olahragawan. Peranan tersebut bagi non olahragawan adalah untuk menunjang aktivitas kegiatan sehari-hari. Sedangkan bagi para olahragawan yang terlibat dalam cabang olahraga yang banyak menuntut keluwesan gerak seperti senam, judo, gulat, atletik, dan cabang-cabang olahraga permainan lainnya. Fleksibilitas yang dimiliki seseorang biasanya menggambarkan kelincahan seseorang dalam geraknya. Bahkan bagi para olahragawan yang terlibat dalam cabang olahraga yang dominan unsur fleksibilitasnya, tingkat fleksibilitasnya yang tinggi akan menampakkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan olahragawan yang tingkat fleksibilitasnya rendah.
Menurut beberapa ahli, definisi fleksibilitas adalah sebagai berikut: (1) Menurut Harsono (1988) ” fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon dan ligament”. (2) Menurut Sajoto (1990) “Daya lentur (fleksibilitas) adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas”. (3) Claude Bochard (1978) dalam  Edu (2010) ”fleksibilitas adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak memaksimal mungkin menurut kemungkinan gerak (range of movement)”.  (4) Rusli Lutan (2003) “fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan dari sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan, Fleksibilitas yang optimal memungkinkan sekelompok atau suatu sendi untuk bergerak secara efisien”. (5) Iskandar dkk (1999) “Fleksibilitas adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan sendi secara maksimal, dengan kata lain fleksibilitas merupakan kemampuan sendi untuk melakukan gerakan secara maksimal di dalam ruang gerak sendi”. (6) Menurut AAHPERD (1999) dalam Gallahue dan Ozmun (1998), “Flexibility is the ability of a joint and the muscles and tendons surrounding it to move freely and comfortably through its intended full range of motion (ROM)." Maksud dari pernyataan tersebut bahwa fleksibilitas adalah kemampuan dari sendi, otot, dan tendon-tendon di sekitarnya untuk dapat digerakkan dengan bebas dan nyaman, maksudnya adalah ruang gerak yang luas. (7) M. Furqon (1995) “Fleksibilitas adalah suatu kemampuan untuk menggunakan lebar ayunan gerakan-gerakan dalam persendian ke kemampuan maksimum. Lebar ayunan gerakan-gerakan (keluasaan gerakan-gerakan) dalam tulang-tulang sendi harus dilatih dalam semua arah yang mungkin sesuai dengan struktur anatomi tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fleksibilitas menurut Nur Ikhsan Halim (2004) antar lain: (1) Genetik: Bentuk, tipe, dan struktur sendi serta ligamentum dan tendo yang terkait dengan sendi tersebut. faktor yang menyangkut sendi ini sulit diubah karena bersifat genetik atau keturunan. Sedangkan faktor ligamentum dan tendo masih memungkinkan bisa diubah. (2) Otot: Otot yang berkaitan dengan sendi, ada otot yag bekerja agonis (paralel), beberapa kelompok otot bekerja sama dan searah. Selain itu ada pula ada otot yang bekerja antagonis (berlawanan) yaitu sekelompok otot yang kerjanya bertentangan dengan otot kelompok lainnya. (3) Umur (anak besar): Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992). Menurut penelitian Valdiavia (2006) dalam Nidya (2010) puncak tertinggi fleksibilitas trunk ditemukan pada anak usia 7 – 8 tahun dengan nilai 10 cm. (4) Jenis kelamin: Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. (5) Suhu: Suhu tubuh dan suhu otot mempengaruhi fleksibilitas, terutama amplitude gerakan. Oleh sebab itu, pemanasan perlu dilakukan sebelum latihan fleksibilitas. (6) Waktu: Fleksibilitas tertinggi dicapai pada pukul 10-11 siang dan terendah di pagi hari. (7) Kekuatan otot: Semakin besar kekuatan otot akan semakin tinggi fleksibilitasnya. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memanjangkan dan memendekkan otot saat melakukan gerakan. 
Fleksibilitas menurut beberapa ahli memiliki beberapa jenis. Menurut Gallahue dan Ozmun, (1998), bahwa fleksibilitas dibagi menjadi dua yaitu fleksibilitas statis dan dinamis, fleksibilitas statis adalah keleluasaan gerakan pada persendian, sedangkan fleksibiltas dinamis adalah keleluasaan gerakan yang paling tinggi pada persendian, misalnya pada permainan tenis, pada gerakan forehand. Menurut Johan Rosario (2009), ada tiga jenis fleksibilitas: (1) Aktif Dynamic Range .- fleksibilitas pergerakan dalam suatu kontraksi otot yang cepat dan kuat. Contoh fleksibilitas ini adalah melompat dengan hip fleksi, ekstensi dan berenang di bahu. (2) Aktif fleksibilitas statis. Rentang gerakan dalam aktivitas otot lambat dan dikendalikan. Para pesenam flip mundur membutuhkan fleksibilitas semacam ini. (3) Fleksibilitas Pasif rentang gerak yang diperlukan ketika sebuah kekuatan eksternal diterapkan. Banyak gerakan perjuangan membutuhkan fleksibilitas pasif.
Manfaat dari tingkat fleksibilitas yang baik adalah: (1) mengurangi kemungkinan terjadinya cidera pada otot dan sendi (2) membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan (3) menghemat dalam mengeluarkan tenaga dalam pergerakannya (4) membantu dalam memperbaiki sikap tubuh. Rusli Lutan dkk (2003). Sementara Menurut Clark dalam Mochamad Sajoto (1988) fleksibilitas sering dianggap sebagai suatu faktor tunggal dalam ketrampilan. Faktor yang menunjang dalam melakukan aktifitas gerak adalah fleksibilitas, karena manfaat yang diperoleh dari fleksibilitas dapat membantu otot untuk rileks, meningkatkan kesehatan, menghilangkan kejang otot, dan mengurangi potensi cidera.
            Metode latihan fleksibilitas menurut beberapa ahli ada empat macam, yang pertama adalah peregangan dinamis (dinamic stretching/balistic stretching), yang kedua adalah peregangan statis (static stretchig), yang ketiga adalah peregangan pasif (passive stretching), dan yang terakhir adalah dengan peregangan kontraksi rileksasi atau propioceptive neuromuscular facilitation (PNF).
(diambil dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar