Latihan
olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi sistem
organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal ketika
berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil yang maksimal, harus memiliki
prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers & Foss (1988:288), prinsip dasar dalam
program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk
melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun satu program
latihan yang akan mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada cabang
olahraga.
Adapun
prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Prinsip
Kekhususan (Specificty)
Latihan bertujuan untuk
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan harus bersifat khusus, yaitu
khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan tuntutan dalam cabang
olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan dalam hal ini adalah spesifik
terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap kelompok otot yang dilatih,
pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot. Prinsip kekhususan dalam bolavoli
adalah latihan kondisi fisik sesuai dengan kebutuhan gerak dalam bolavoli
Menurut
Bompa (1990:34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip
kekhususan yaitu: (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan
karakteristik cabang olahraga, (2) melakukan latihan untuk mengembangkan
kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman (1987:60) mengemukakan
bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi
yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Latihan harus ditujukan khusus terhadap
sistem energi atau serabut otot yang digunakan, juga dikaitkan dengan
peningkatan ketrampilan motorik khusus. Program latihan yang dilakukan harus
bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang
olahraga.
b) Prinsip
Beban-Lebih (The Overload Priciples)
Prinsip
beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang
lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet, Atlet harus selalu
berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan
saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas ambang rangsang.
Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang), walaupun latihan
sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi
tidak mungkin tercapai.
Pemberian
beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut, jika
itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit demi sedikit untuk
meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang penyesuaian
fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus hanya dapat
dicapai dengan peningkatan beban latihan, Bompa (1990:44). Untuk mendapatkan
efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban melebihi beban dari
aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati maksimal hingga maksimal, Brook &
Fahey (1984:84).
c) Prinsip
Beban Bertambah (The Prinsiples of
Progresive)
Beban
latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi dari suatu
aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu untuk
meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar mampu
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan.
Peningkatan
pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan bertahap. Progresif
artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir latihan.
Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap. Diawali
dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi, bukan
sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama beban
latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998:34) bahwa yang dimaksudkan dengan
beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif, tetapi mencakup
kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif ini, beban
latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya repetisi,
set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan sebagainya.
Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan berbeda, sebab
tujuan latihannya berbeda. Beban latihan yang bersifat kualitatif dapat berupa
presentase intensitas latihan, berapa persen beban latihan diambil pada awal
latihan dan berapa persen peningkatanya.
d) Prinsip
Individualitas (The Prinsiples of
Individuality)
Pada
prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain. Dalam latihan
setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan lebih berarti
jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor
karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program
latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa:
faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar
belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri
psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program
latihan. Latihan
yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik
dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang
diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu.
e) Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)
Kemampuan
fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat berubah sesuai dengan
aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan latihan atau kegiatan
fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya ketidakaktifan atau tanpa
latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuan fisik. Menurut Soekarman
(1987:60) bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali
keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik harus secara teratur dan
kontinyu.
Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih
maupun atlet. Latihan yang teratur dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat
segera menyesuaikan diri pada situasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi
latihan ini, maka kemampuan tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang
diberikan.
terimakasih pak atas informasi mengenai materinya :D
BalasHapus(ika PKO-B FIK UM)
ini blog saya pak (Issomudin PKO-B 2014) http://kepelatihankondisifisik.blogspot.com/
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterima kasih sekali,,sangat bermanfaat
BalasHapuswww.hiithighintensityintervaltraining.ga
Terimakasih pak bermanfaat sekali
BalasHapusIndana pko off b 2018 wkwkwk
Hai kak. Terima kasih ya atas ilmu nya.
BalasHapus