Minggu, 15 Desember 2013

Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)

Masih sangat ingat setiap detai pertandingan sepakbola timnas sea games indonesia yang pergi ke myanmar, pada babak penyisihan grup di pertandingan ke tiga melawan saudara mudanya (timor leste) “hanya” mampu bermain imbang, kenapa? Banyak faktor yang mempengaruhi dariperolehan hasil tersebut, yang jelas dalam teori prestasi olahraga, faktor penentu prestasi itu ada lima, Fisik, teknik, taktik, mental dan yang terakhir adalah keberuntungan, untuk kasus timnas sea games kali ini faktor mana yang kurang? Coach RD dan punggawanya lah yang tau.
Sedikit berbicara pada faktor yang pertama “kondisi fisik” yang merupakan faktor utama sebagai pondasi untuk meningkatkan performa faktor-faktor selanjutnya, dalam latihan kondisi fisik banyak sekali item yang wajib diperhatihan, mulai prinsip latihan, faktor latihan, sarana prasarana dan lain sebagainya, semua jadi pertimbangan khusus dalam menentukan program latihan. Untuk cabang olahraga beregu, kecenderungan latihan fisik yang “seadanya” sudah menjadi trend di indonesia. Sepak bola, bolavoli, basket, dll.
Salah satu hal yang sangat kecil dan sering dilupakan oleh para manager tim olahraga beregu adalah prinsip latihan individual, pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lainya, dalam latihan setiap individu  juga memppunya kemampuan yang berbeda-beda. Seyogyanya dalam melakukan latihan fisik setiap individu diprogramkan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik serta kondisi individu masing-masing atlet dan hal tersebut akan lebih berarti.
Berdasarkan pengalaman latihan yang saya alami jaman doloe, waktu masih usia belasan tahun awal (adolesence awal), pelatih memberi beban latihan kepada saya sama seperti beban latihan senior saya yang sudah bermain untuk tim samator surabaya. (tapi ya tak lakukan) karena ketidak tahuan dan ketakutan terhadap sang pelatih. Hasilnya?? Alhamdulillah . hehehe, begitu udah gede dan sering jalan-jalan nyambangi beberapa klub olahraga yang ternama di indonesia, ternyata sama saja sistem latihan fisiknya dengan yang dilakukan di daerah asal saya yang masih “ndeso” itu. MasyaAllah. . . hehehe
Bebara waktu kemaren sempat ngadakan wawancara eksklusif di warung kopi dengan salah satu punggawa tim sepak bola ternama di Indonesia, temuan dari hasil wawancra tersebut menyatakan “sama saja” . nih sedikit potongan wawancara saya gan.
Saya: Gimana proses latihanya dengan pelatih yang baru?
Mr.X: enak sam, ni mw TC untuk persiapan piala gubernur.
Saya: wah, mantap itu.. TC itu apa? Tes contact? Hehehhehe.. kalau latihan fisik gimana?
Mr.X: menggunakan sistem “circuit training”.
Saya: owhh, (dalam hati bingung dengan istilah aneh2). Trus beban latihanya gimana?
Mr.X: ya semua sama, tinggal pindah pindah tiap stationya,.
Saya: berarti bebanmu sama ma Bek (*&(^%$#) itu?
Mr.X: iya sama.
Saya: weleh weleh.
Itu penggalan ngobrol saya ma pemain hebat itu, poin pentingnya, dy itu posturnya kecil, baru masuk tim senior, dan beban latihanya disamakan dengan bek tangguh yang posturnya ideal untuk ukuran eropa. Kalau nurut Mr. Harsono dalam bukunya yang kemaren tak buka ternyata udah sangat kusam, beliau mengatakan bahwa: faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program latihan. Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu.
Kira2 bebera kasus di atas kalau dikaitkan dengan prinsip keadilan masuk ga ya? Maksudnya, tujuan latihan itu kanmembuat tiap individu mencapai derajat tertinggi, analoginya jika dalam perjalanan menuju tempat yang sama, tapi berangkatnya dari tempat yang berbeda, kira2 bekal yang disiapkan sama atau ga? Pastinya ga akan pernah sama. Analogi lain adalah jika dalam sebuah keluarga mempunyai dua anak, yang satu masih duduk di bangku sekolah dasar, sedangkan yang satunya sudah di bangku kuliah, uang saku yang diberikan orang tuanya pasti ga akan sama, jika adeknya yg masih SD diberi uang saku sama dengan kakaknya yang sudah kuliah, dikhawatirkan si adek akan membeli barang2 yang tidak bermanfaat ata bahkan berefek buruk bagi dirinya, begitupun sebaliknya, jika sang kakak diberi uang saku sama dengan adeknya, pasti ga akan pernah cukup, karena kebutuhan kuliah lebih besar dari pada yang masih SD.

So,,, secara filosofis keadilan dalam olahraga, penerapan  “prinsip individual” secara bijaksana adalah hal paling adil yang harus dilakukan oleh setiap pelatih olahraga. Jadi jangan dilihat hanya sebatar dari kemampuan teknik yang mengagumkan ataupun strategi pelatih yang briliant atau bahkan hanya mengandalkan dukungan para suporter yang fanatik untuk meningkatkan mental pemain, tapi pondasi dasar ( phisic ability) juga wajib diperhatikan. Dan tentunya masih banyak faktor-faktor lainya yang mempunyai tingkat krusialitas sama dengan dengan bahasan ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar